Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan
ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan
ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang
tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif
sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam penulisan
soal bentuk pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu mengikuti
langkah-langkah berikut, langkah pertama adalah menuliskan pokok soalnya,
langkah kedua adalah menuliskan kunci jawabannya, kemudian langkah ketiga
adalah menuliskan pengecohnya.
Adapun kaidah
penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut ini.
1. Materi
a. Soal
harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan
materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
b. Pengecoh
harus bertungsi
c. Setiap
soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya
mempunyai satu kunci jawaban.
2. Konstruksi
a. Pokok
soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/ materi yang
hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau
penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya
mengandung satu persoalan/gagasan
b. Rumusan
pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan
saja. Artinya apabila
terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan
atau pernyataan itu dihilangkan saja.
c. Pokok
soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya, pada pokok
soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang dapat
memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
d. Pokok
soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya, pada
pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti
negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik
terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan
negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru pengertian
tentang negatif ganda itu sendiri.
e. Pilihan
jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya, semua pilihan
jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok
soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
f. Panjang
rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan karena adanya
kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang karena
seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci
jawaban.
g. Pilihan
jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah"
atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya dengan adanya
pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu
karena pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu
menjadi tidak homogen.
h. Pilihan
jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar
kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya pilihan jawaban yang berbentuk
angka harus disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka
yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang
menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara unit
dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban.
i. Gambar,
grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat
pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang
ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila
soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang
terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.
j. Rumusan
pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti
seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
k. Butir
soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal
sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab benar soal
pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.
3. Bahasa/budaya
a. Setiap soal
harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah
bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi: a) pemakaian
kalimat: (1) unsur subyek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b) pemakaian
kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan: (1)
penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca.
b. Bahasa yang
digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti warga
belajar/peserta didik.
c. Pilihan
jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan
pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.
D. Penulisan Soal Bentuk Jawaban Singkat
Dalam menulis soal bentuk jawaban singkat, penulis soal harus mengetahui
konsep dasar bentuk jawaban singkat. Bentuk ini merupakan salah satu bentuk
soal objektif yang jawabannya menuntut peserta didik untuk menjawab soal dengan
singkat , dapat berupa satu kata, kelompok kata/frasa, simbol matematika, atau
angka. Adapun wujud soal bentuk jawaban singkat adalah terdiri dari 5 unsur,
yaitu: (1) dasar pertanyaan (stimulus) bila diperlukan, (2) pertanyaan, (3)
tempat jawaban, (4) kunci jawaban, (5) pedoman penskoran.
Adapun kaidah penulisan soal bentuk jawaban singkat adalah seperti berikut
ini.
1. Materi
a. Soal
harus sesuai dengan indikator.
b. Materi
yang diukur sesuai dengan tuntutan jawaban singkat.
2. Konstruksi
a. Pernyataan
disusun dengan bentuk pertanyaan langsung agar peserta didik lebih mudah
merumuskan jawaban singkat
b. Pernyataan
disusun dengan bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban singkat/pendek yang
berupa sebuah kata, angka, simbol atau kelompok kata.
c. Tempat
jawaban hendaknya berupa garis lurus, bukan titik-titik. Tanda titik-titik
dapat mengaburkan pengertian pemeriksanya. Misal karena ada tanda titik dapat
mengaburkan pandangan pemeriksa, sehingga dikira huruf i atau lainnya
d. Hindarilah
pernyataan yang menggunakan kata-kata yang langsung mengutip dari uraian materi
buku pelajaran.
e. Pertanyaan
hanya ada satu jawaban yang benar. Hal ini perlu diperhatikan karena seringkali
peserta didik memberikan interpretasi pertanyaan yang sama sesekali tidak
diduga dan dimaksudkan oleh penulis soal. Cara mengatasinya semua kemungkinan
jawaban harus didaftar dicantumkan dalam kunci pemeriksaan.
f. Tempat
jawaban yang dikosongkan harus sama panjangnya dan ditempatkan setelah
pertanyaan.
g. Jika
jawaban yang dikehendaki adalah menuntut satuan urutan, maka ungkapkanlah
secara rinci di dalam pertanyaan.
3. Bahasa/budaya
a. Gunakanlah
pertanyaan yang menuntut jawaban singkat, misalnya menggunakan kata tanya
siapa, kapan, berapa, di mana.
b. Bahasa
soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan peserta didik.
c. Gunakan
bahasa Indonesia baku.
d. Soal
tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
E. Penulisan
Soal Bentuk Isian
Dalam menulis soal bentuk isian, penulis soal harus mengetahui konsep dasar
bentuk isian. Bentuk ini merupakan salah satu bentuk soal yang jawabannya
menuntut peserta didik untuk melengkapi atau mengisi kata-kata atau kelompok
kata yang dihilangkan. Soalnya disusun seperti kalimat lengkap, kemudian
dihilangkan pada bagian tertentu yang harus diisi oleh peserta didik. Adapun
kaidah penulisannya adalah seperti berikut ini.
1. Materi
a. Soal
harus sesuai dengan indikator
b. Materi
yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk isian.
2. Konstruksi
a. Pernyataan
disusun sedemikian rupa, sehingga jelas jawaban yang diharapkan.
b. Hindarkan
petunjuk ke arah jawaban yang benar,
c. Susunlah
pertanyaan yang dapat mempermudah penskorannya.
d. Hindarkan
pernyataan-pernyataan yang kurang tegas.
e. Susunlah
soal dengan pernyataan berita.
f. Usahakan
hanya ada satu jawaban yang benar.
g. Hindarkan
pernyataan yang terlalu banyak dihilangkan. Sebuah soal yang terlalu banyak
yang dihilangkan sukar diketahui apakah sebenarnya hal yang diukur. Pernyataan
yang dihilangkan adalah benar-benar bentuk kata atau frasa yang merupakan kunci
jawaban dan bukan hal-hal yang memang tidak penting.
h. Hindarkan
pernyataan yang diambil langsung persis sama dengan di dalam buku pelajaran.
i. Tempat
jawaban yang disediakan untuk setiap soal harus sama panjangnya.
j. Dalam
menyusun soal yang memerlukan jawaban rincian perlu disusun secara berurutan
(alfabetis jawabannya). Hal ini untuk memudahkan pemeriksaannya.
k. Daftarlah
semua kemungkinan jawaban yang benar. Hal ini dimaksudkan untuk mempersiapkan
jawaban benar yang tidak terduga dari siswa.
l. Berilah
nomor pada tiap-tiap tempat jawaban. Hal ini untuk memudahkan penilaiannya.
3. Bahasa/budaya
a. Bahasa
soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan peserta didik.
b. Gunakan
bahasa Indonesia baku.
c. Soal
tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
F. Penulisan
Soal Bentuk Menjodohkan
Dalam menulis soal bentuk menjodohkan, penulis soal harus mengetahui konsep
dasar bentuk menjodohkan. Bentuk ini wujudnya terdiri dari dua kelompok atau
kolom. Tugas peserta didik adalah mencari pasangan yang tepat dalam kedua
kelompok itu. Misalnya peserta didik harus dapat mencocokkan antara kejadian
dengan tanggal kejadian yang tepat, kejadian dengan orang, kejadian dengan
tempat, istilah dengan definisi, perkataan asing/istilah asing dengan istilah
bahasa Indonesia yang baku, peraturan-peraturan dengan contoh, alat-alat dengan
penggunaannya dan lain-lain.
Biasanya bentuk soal menjodohkan hanya terbatas untuk mengukur kemampuan
ingatan. Bentuk soal ini juga dapat digunakan untuk menentukan nama dari
tempat-tempat atau bagian-bagian yang telah diberi nomor pada peta, diagram
dan sebagainya. Adapun kaidah penulisannya adalah seperti berikut.
1. Materi
a. Soal
harus sesuai dengan indikator.
b. Materi
yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk menjodohkan.
c. Gunakanlah
materi-materi yang homogen untuk setiap kelompok, baik kelompok soal (pokok
soal) maupun pilihan jawabannya.
2. Konstruksi
a. Pertanyaan
dan pilihan jawaban harus disusun dengan homogen, paralel/sejajar.
b. Soal
disusun sebelah kiri dengan bernomor, pilihan jawaban disusun di sebelah kanan
dengan diberi nomor urut dengan huruf.
c. Pertanyaan
dan pilihan jawaban hendaknya disusun secara sistematis. Jika daftar terdiri
dari tanggal disusun secara kronologis, sedangkan pernyataan dalam pilihan
jawaban dapat disusun menurut abjad.
d. Pertanyaan
dan pilihan ditulis dalam halaman yang sama. Bila tidak demikian dapat
membingungkan peserta didik dan dapat menyita waktu lama yang digunakan untuk
membolak-balik halaman saja.
e. Panjang
soal ini dibatasi jumlahnya tidak lebih dari 10-15 butir soal. Daftar-dasar
yang panjang cenderung akan menjadi terlalu heterogen dan dengan demikian
memungkinkan adanya petunjuk-petunjuk bagi siswa yang pandai, lagi pula soal
bentuk ini bila soalnya terlalu panjang/banyak akan membuang waktu yang terlalu
banyak.
f. Jumlah
pilihan jawaban disusun lebih banyak daripada soalnya. Hal ini dimaksudkan agar
siswa dapat memikirkan jawabannya dengan tepat.
g. Pokok soal dan pilihan jawaban disusun dengan
pertanyaan yang pendek.
h. Petunjuk
mengerjakan soal harus jelas.
3. Bahasa/budaya
a. Bahasa
soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan peserta didik.
b. Gunakan
bahasa Indonesia baku.
c. Soal
tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
G. Penulisan
Soal Bentuk Benar-Salah
Dalam menulis soal bentuk Benar-salah, penulis soal harus mengetahui konsep
dasar bentuk Benar-salah. Maksudnya pernyataan dalam soal harus disusun dengan
pernyataan yang betul-betul benar atau pernyataan yang memang betul-betul
salah, bukan pernyataan yang meragukan. Bentuk ini merupakan salah satu bentuk
soal objektif yang setiap soalnya terdapat dua macam kemungkinan jawaban yang
berlawanan yaitu benar dan salah. Pernyataannya atau soalnva harus dinyatakan
dengan benar atau salah.
Bentuk soal benar-salah biasanya digunakan untuk menanyakan fakta, ide, dan
konsepsi yang tidak kompleks. Adapun kaidah penulisannya adalah seperti
berikut.
1. Materi
a. Soal
harus sesuai dengan indikator.
b. Materi
yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk benar-salah.
2. Konstruksi
a. Buatkanlah
petunjuk cara mengerjakan soal benar-salah yang sejelas-jelasnya
b. Hindarkan
pernyataan yang mengandung ungkapan yang tidak pasti, seperti: barangkali.
kadang-kadang, pada umumnya, kebanyakan.
c. Hindarkan
pernyataan yang mengandung negatif ganda.
d. Hindarkan
pernyataan yang panjang dan kompleks
e. Hindarkan
pernyataan yang masih dapat dipersoalkan. Soal harus
mutlak benar atau mutlak salah.
f. Jumlah soal vang benar hendaknya disamakan dengan
jumlah soal yang salah. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi jawaban
peserta didik. Mengingat bahwa peserta didik yang tidak mengetahui masalah yang
ditanyakan cenderung memilih jawaban benar dan peserta didik yang meragukan
masalah yang ditanyakan cenderung memilih jawaban salah.
g. Penempatan soal yang benar dan yang salah harus diatur secara
acak.
h. Setiap satu soal hanya mengandung satu gagasan.
i. Setiap soal hendaknya berdiri sendiri, tidak bergantung
pada soal lainnya.
j. Hindarkan
dengan pernyataan yang langsung mengutip kalimat dari buku. Setiap pernyataan
hendaknya diolah dan disesuaikan dengan keperluan. Apabila tidak, hal ini akan
terlalu menekankan nilai pada aspek menghafal. Artinya penekanannya atau
perhatiannya terlalu ditekankan pada pengetahuan yang didapatkan dari hasil
menghafal.
k. Hindarkan
hal-hal yang kurang perlu atau bersifat teka-teki.
l. Hindarkan
pernyataan yang berarti ganda atau lebih.
m. Apabila soal
menanyakan pendapat, maka perlu disertakan sumber yang mengemukakan pendapat.
3. Bahasa/budaya
a. Tuliskanlah
dengan kalimat atau pernyataan berita.
b. Bahasa
soal harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan peserta didik.
c. Gunakan
bahasa Indonesia baku.
d. Soal
tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.